Jumat, 30 Agustus 2013

5 tahun berkarya di SMK Rex Mundi (2007-2012):
Mengawali sebuah ladang pelayanan baru 
di sekolah menengah kejuruan


Tulisan ini saya buat dalam rangka pengucapan syukur atas pimpinan dan pemeliharaan Tuhan selama lima tahun pertama saya menjalani pekerjaan saya di SMK Pariwisata Rex Mundi.

Mungkin banyak yang akan berkata bahwa waktu 5 tahun masih terlalu dini untuk sebuah pengucapan syukur. Biasanya sebuah pengucapan syukur untuk sebuah karya dilakukan minimal 10 tahun atau 25 tahun. Tapi bagi saya pribadi, ada banyak anugrah Tuhan untuk setiap waktu yang saya alami dalam pekerjaan saya, sehingga anugrah tsb menjadi cukup banyak untuk dibagikan setelah melewati lima tahun. Melalui tulisan ini, saya ingin membagikan banyak pengalaman dan sukacita yang saya alami selama mengajar di SMK Pariwisata Rex Mundi.

SMK Rex Mundi adalah sebuah sekolah kejuruan pariwisata yang berdiri tahun 2003. Sekolah ini didirikan oleh suster-suster yang tergabung dalam kongregasi JMJ (Jesus Maria Joseph). Kongregasi JMJ sendiri didirikan oleh Pater Mathias Wolff, SJ tahun 1822 di Belanda. Jadi, walau pun sekolah SMK Rex Mundi masih tergolong belia, tetapi kongregasi JMJ sendiri sudah berusia cukup tua, bahkan lebih tua daripada kongregasi Ursulin.

Selain SMK Rex Mundi, sebenarnya kongregasi JMJ mengelola banyak sekolah Katolik lainnya. Yang paling menonjol adalah Sekolah Rex Mundi di Manado yang terdiri dari unit TK-SD-SMP-SMU dan Sekolah Rajawali di Makasar yang juga terdiri dari unit TK-SD-SMP-SMU. Dua sekolah ini sudah mempunyai nama besar di Indonesia bagian timur sehingga menjadi sekolah unggulan yang sudah dikenal luas.

Sementara di Jakarta, selain SMK Rex Mundi, kongregasi JMJ juga mengelola beberapa sekolah lainnya misalnya Sekolah Bintang Kejora di Cengkareng (TK-SD-SMP-SMU) dan Ciputat (TK-SD-SMP) dan Sekolah St. Ignatius di Menteng (TK-SD).

Saya sendiri bisa bergabung dengan SMK Rex Mundi, atas jasa seorang rekan yang dulu adalah guru Seni Musik di SMP Santa Maria yaitu Bapak Jakobus Gottes Vendy. Waktu itu, saya baru saja kehilangan SMP Santa Ursula karena sekolah tidak meneruskan lagi kerjasama dengan lembaga kami. Tetapi pertolongan Tuhan tepat pada waktunya melalui Pak Vendy, sehingga saya bisa melanjutkan mengajar di SMK Rex Mundi. Terima kasih tidak terhingga saya sampaikan kepada Pak Vendy yang sudah merekomendasikan saya kepada kepala sekolah SMK Rex Mundi (waktu itu dijabat oleh Sr.Rita), sehingga saya langsung bisa diterima tanpa banyak kesulitan.

Dilihat dari segi "ukurannya", boleh dikatakan SMK Rex Mundi adalah sebuah sekolah yang kecil. Ruang kelas yang tersedia maksimal hanya enam. Gedung sekolah pun tergolong sempit seperti ruko dengan model menjulang ke atas setinggi lima lantai. Lantai paling atas biasanya digunakan sebagai lapangan olahraga. Kegiatan upacara dan kegiatan-kegiatan lain seperti class meeting atau 17an juga dilakukan di lantai lima.

Dibandingkan dengan semua sekolah lain, tempat saya pernah mengajar, maka SMK Rex Mundi adalah sekolah yang mempunyai murid paling sedikit, karena maksimal hanya enam kelas sehingga setiap angkatan hanya terdiri dari dua kelas. Tetapi dengan jumlah murid yang lebih sedikit, memberikan kelebihan dari sisi yang lain. Perhatian kepada murid menjadi lebih terfokus sehingga kita sebagai guru bisa mengingat dengan baik setiap murid, tidak hanya namanya saja, tetapi juga kemampuan dan latar belakang keluarganya. Hal ini menjadikan hubungan guru dan murid menjadi cukup dekat. Saya merasakan sendiri masih menjalin hubungan baik dengan banyak alumni yang sudah kerja atau kuliah.

Tidak hanya itu, hubungan guru-guru dengan kepala sekolah atau yayasan juga sangat baik. Kebetulan yayasan berkantor di gedung yang sama, sehingga kita mempunyai banyak kesempatan untuk bertemu dengan ketua yayasan juga staf yang bekerja di kantor yayasan. Saya juga sering diminta bantuan untuk memperbaiki komputer di kantor yayasan :)

Saya ingat, setiap kali kalau guru-guru diajak kepala sekolah untuk makan-makan di luar sekolah setelah rapat misalnya, tidak lupa kepala yayasan dan semua staf di kantor yayasan juga diajak. Semua karyawan seperti staf TU, perpustakaan, cleaning service, tukang masak sampai satpam juga diajak. Bahkan karyawan yang bekerja di kantin juga diajak serta. Tidak pernah saya menjumpai dalam sekolah lain tempat saya mengajar, ada acara makan-makan yang juga mengajak karyawan duduk bersama dalam satu meja makan. Sungguh suatu kebersamaan yang indah. 

Murid-murid yang ada di SMK Rex Mundi berasal dari SMP yang sangat beragam, bahkan ada juga yang berasal dari sekolah negeri. Ada yang berasal dari sekolah di sekitar Jakarta, ada juga yang berasal dari sekolah di luar Jakarta, misalnya Tangerang atau Depok.

Angkatan 2007/2008 adalah angkatan pertama yang belajar dengan saya. Angkatan ini hanya terdiri dari satu kelas dengan murid sekitar 30an. Saya hanya berkesempatan mengajar angkatan ini satu tahun terakhir. Tetapi saya mendapatkan kesan yang sangat baik pada saat pertama kali mengajar mereka. Waktu itu, jadwal untuk pelajaran komputer masih belum fixed, sehingga akhirnya pelajaran komputer ditempatkan setelah selesai pelajaran sekolah, sekitar jam 14.00-15.30. Materi yang saya berikan waktu itu adalah teori internet. Walau pun demikian, saya melihat antusiasme yang sangat baik dari murid-murid untuk belajar. Rata-rata murid masih tetap bersemangat mengikuti pelajaran sampai selesai.

Angkatan 2008/2009 adalah angkatan kedua yang belajar dengan saya. Angkatan ini terdiri dari dua kelas, dengan jumlah murid sekitar 25an setiap kelas. Untuk angkatan ini, saya mengajar mereka selama dua tahun. Walau pun saya baru mengenal anak-anak ini setelah mereka kelas XI, mereka memberikan apresiasi yang sangat baik kepada saya. Banyak dari mereka yang masih berhubungan baik dengan saya bahkan setelah lulus.

Salah satu murid yang perlu saya ceritakan adalah Rasella. Murid ini termasuk yang cukup antusias untuk belajar komputer dengan saya, bahkan setelah lulus pun masih sering berkonsultasi hal komputer dengan saya. Rasella pernah bercerita bahwa di tempat kuliahnya, dia pernah membantu teman-temannya membersihkan virus dan mengembalikan data yang hilang di flash disk dengan "mengandalkan" ilmu yang pernah saya ajarkan kepadanya :) Saya senang, ada murid yang bisa menjadi berkat untuk orang lain melalui apa yang pernah saya berikan kepadanya.

Angkatan 2009/2010 adalah angkatan ketiga yang belajar dengan saya. Angkatan ini adalah angkatan yang pertama belajar dengan saya selama tiga tahun penuh. Angkatan ini terdiri dari 3 kelas dengan masing-masing kelas hampir 30 murid. Banyak sekali kenangan saya dengan anak-anak dari angkatan ini. 

Satu hal yang tidak terlupakan dari angkatan ini adalah peristiwa keluarnya 11 guru industri pada pertengahan 2008 yang ikut menyebabkan satu kelas murid juga ikut keluar dari SMK Rex Mundi. Hal yang menyedihkan sebenarnya. Konflik internal antara guru dan sekolah, sampai mengorbankan murid yang tidak tahu apa-apa. Walau pun sebagian murid akhirnya keluar dari SMK Rex Mundi, saya masih berhubungan baik dengan mereka, sampai hari ini melalui media sosial.

Walau pun murid yang tersisa akhirnya hanya satu kelas, tetapi angkatan ini mencatat banyak prestasi yang membanggakan. Agnes Maria meraih juara pertama dalam LKS-SMK tingkat wilayah Jakarta Pusat tahun 2008 dan juara ke-2 lomba guiding Bahasa Inggris tingkat DKI. Sementara Daisy Orlana adalah juara ke-2 lomba guiding Bahasa Mandarin tingkat DKI.

Agnes Maria adalah murid yang istimewa bagi saya secara pribadi. Seingat saya Agnes Maria adalah satu-satunya murid saya yang belajar 6 tahun dengan saya berturut-turut yaitu 3 tahun di SMP Santa Ursula dan 3 tahun di SMK Rex Mundi. Saya jarang menjumpai murid yang belajar dengan saya di SMP sekaligus di SMU/K. Karena murid yang belajar dengan saya di SMP, tidak melanjutkan ke sekolah SMU/K dimana saya mengajar. Dan murid yang belajar dengan saya di SMU/K bukan berasal dari SMP dimana saya mengajar.

Angkatan 2010/2011 adalah angkatan keempat yang belajar dengan saya. Angkatan ini juga terkena imbas dari peristiwa keluarnya guru-guru industri tahun 2008. Waktu itu mereka baru kelas X. Dari dua kelas murid, tersisa hanya satu kelas yang masih bertahan di SMK Rex Mundi dengan jumlah murid sekitar 30 anak.

Walau pun jumlah murid angkatan ini tidak banyak, tetapi angkatan ini mempunyai prestasi akademik yang cukup baik. Rosifita, salah satu murid terbaik dari angkatan ini pernah menjadi juara ke-3 LKS-SMK tingkat wilayah Jakarta Pusat tahun 2009.

Angkatan 2010/2011 adalah angkatan kelima yang belajar dengan saya. Angkatan ini terdiri dari dua kelas dengan masing-masing kelas sekitar 20 lebih murid.

Dari angkatan ini, ada satu murid yang meninggalkan kesan buat saya yaitu Selvie Martha Chandra. Murid ini ikut kelas ekstra komputer dengan saya selama dua tahun berturut-turut. Selesai PKL, Selvie cerita dengan saya bahwa selama PKL, dia banyak membantu teman-teman kantornya dalam hal komputer. Ilmu komputer yang pernah saya ajarkan kepadanya ternyata bisa menjadi berkat untuk orang lain.

Selain Selvie, salah satu murid angkatan ini yang meninggalkan kesan baik buat saya adalah Riany Dwijayanti. Riany juga ikut kelas ekstra komputer selama dua tahun berturut-turut. Riany adalah satu di antara sedikit murid saya yang antusias untuk belajar komputer. Sampai sekarang, saya masih berhubungan baik dengan Riany. Sekarang Riany sudah bekerja di travel. Semoga semua ilmu komputer yang pernah saya ajarkan kepadanya menjadi bekal yang berguna untuk mendukung karirnya.

Dari angkatan ini juga ada seorang murid yang berkesan buat saya yaitu Jessica Rosmalawati. Jessica termasuk murid yang punya prestasi akademik cukup baik. Tetapi sayangnya, Jessica hanya sekolah sampai kelas X saja karena tidak ada biaya untuk melanjutkan. Semoga Jessica masih ada kesempatan di luar untuk menempuh pendidikan informal, untuk membekali masa depannya.

Angkatan 2012/2013 adalah angkatan keenam yang belajar dengan saya. Angkatan ini terdiri dari dua kelas dengan jumlah murid hampir 30 per kelas.

Dari angkatan ini juga ada seorang murid, namanya Karen, yang hanya sempat sekolah sampai kelas X, karena faktor ekonomi, padahal murid ini rajin sekali mengikuti kelas ekstra komputer. Selepas dari SMK Rex Mundi, saya masih berhubungan baik dengan Karen. Seringkali Karen masih berkonsultasi hal komputer dengan saya. Semoga ilmu komputer yang pernah dipelajari dari saya, bisa membekali Karen untuk melanjutkan sekolahnya di tempat lain.

Di SMK Rex Mundi, saya juga memberikan pelatihan komputer untuk guru dan karyawan. Melalui pelatihan komputer, guru-guru diharapkan mempunyai kompetensi yang lebih memadai untuk menanggapi perkembangan jaman yang semakin didominasi oleh dunia komputer dan internet. Dari sekian banyak guru yang pernah belajar dengan saya, beberapa di antaranya menunjukkan perkembangan kemajuan yang sangat signifikan yaitu Pak Manurung dan Pak Slamet. Walau pun boleh dikatakan agak terlambat belajar komputer, tetapi saya salut dan kagum dengan kegigihan Pak Manurung dan Pak Slamet untuk mau belajar supaya bisa lebih maju. Semoga ketrampilan komputer yang sudah diperoleh bisa membekali guru-guru untuk menjadi tenaga pendidik yang lebih professional.

Dibandingkan dengan semua sekolah lain, tempat saya pernah mengajar sebelumnya, maka mengajar SMK Rex Mundi mempunyai tantangan paling berat. Karena di sekolah ini, saya menghadapi murid dengan latar belakang yang sangat kompleks baik latar belakang pendidikan sebelumnya mau pun latar belakang keluarga. Tapi saya bersyukur dengan mengajar murid-murid sekolah ini, saya bisa mengukur sejauh mana kemampuan mengajar dan kesabaran saya diuji :) Setiap guru perlu menghadapi "medan" paling berat untuk menguji apakah guru tsb mempunyai mental seorang guru atau tidak.

Sebagai guru, saya bersyukur mempunyai kesempatan mengajar di berbagai sekolah dengan tingkat kemampuan murid yang berbeda-beda. Dengan demikian saya bisa melatih kepekaan saya untuk menghadapi berbagai medan yang berbeda.

Mengajar di SMK Rex Mundi memberikan kepuasan yang berbeda dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain. Karena mengajar di Rex Mundi bisa langsung melihat hasilnya melalui murid-murid yang sudah bisa eksis di dunia kerja setelah tamat. Ada satu kebanggaan bahwa murid-murid yang pernah saya didik dan ajar sekarang sudah bisa mandiri dan ikut membantu perekonomian keluarga.

Sebagai guru, saya senantiasa diingatkan bahwa menjadi guru adalah tugas pelayanan yang mulia. Menjadi guru adalah panggilan yang mulia. Tahun 2012 adalah tahun ke17 saya menjadi guru. Mungkin banyak orang yang sudah mengalami kejenuhan setelah sekian tahun menjalani rutinitas yang sama. Tetapi saya justru tidak mengalaminya :) Selama saya menjadi guru, saya selalu menemukan hal baru dalam pekerjaan saya. Murid yang baru selalu memberikan saya perspektif baru dalam memandang pekerjaan saya.

Dalam hal konsistensi menjalani pekerjaan, saya sangat dipengaruhi oleh teladan Pdt. Dr. Stephen Tong yang sudah melewati rentang 56 tahun sepanjang karir pelayanannya sebagai hamba Tuhan. Tidak banyak hamba Tuhan yang mempunyai rentang waktu pelayanan lebih dari 50 tahun. Sekarang beliau sudah berusia 73 tahun dan masih memelihara semangat mengabarkan Injil seperti waktu dulu. Bahkan dalam dua tahun terakhir, beliau mencanangkan program mengunjungi 100 kota di seluruh Indonesia untuk mengadakan penginjilan masal di lapangan terbuka. Sungguh suatu usaha yang tidak mudah untuk orang yang sudah berusia di atas 70 tahun.

Pdt. Dr. Stephen Tong selalu mengatakan tidak pernah satu detik pun menyesal menjadi hamba Tuhan. Kalau beliau diberikan kesempatan untuk hidup yang kedua kali, beliau tetap akan memilih menjadi hamba Tuhan. Sebuah sikap yang sungguh mulia. Demikian saya pun dimotivasi melalui sikap beliau.

Martin Luther King berkata “Tak ada pekerjaan yang tak berarti. Semua pekerjaan yang mengangkat kemanusiaan itu memiliki martabat dan kepentingan, dan harus dilaksanakan dengan keunggulan yang sungguh-sungguh”.

Kalau seseorang menjadi penyapu jalan, ia semestinya menyapu seperti Michaelangelo melukis atau Beethoven menggubah musik, atau Shakespeare menulis syair.

Ia semestinya menyapu jalan begitu baik sehingga semua penghuni langit dan bumi berhenti untuk berkata, "Di sini hidup seorang penyapu jalan yang hebat, yang melakukan pekerjaannya dengan baik."

Jikalau seorang penyapu jalan saja dituntut untuk bekerja dengan kualitas yang begitu baik, terlebih lagi saya yang adalah seorang guru. Bukankah Kitab Suci mengajarkan, "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia" (Kol 3:23) Dengan memiliki kesadaran bahwa apa yang saya lakukan adalah sesuatu yang bernilai kekekalan di mata Tuhan, maka saya berusaha setiap kali melakukan tugas mengajar, saya melakukannya dengan kualitas terbaik. Dengan demikian setiap kali saya mengajar saya selalu melakukannya dengan sukacita, karena saya tahu untuk siapa saya melakukannya, seperti kutipan sebuah syair pujian Kristen berikut ini:

Kubersukacita kerja bagi Dia, 
Raja atas sgala raja;
Hatiku penuh sukacita damai, sbab bekerja bagi Dia.
Ku mau persembahkan smua, bekerja bagi Raja;
Ada sukacita damai, sbab bekerja bagi Dia.

Tulisan ini sekaligus menjadi sharing atau pengalaman kesaksian dari saya pribadi, bagaimana tangan Tuhan dengan setia telah menuntun saya selama menjalani pekerjaan saya dalam lima tahun terakhir di SMK Rex Mundi. Kiranya tangan Tuhan yang sama, yang telah menolong saya menjalani pekerjaan saya dalam sukacitaNya, menuntun kita semua untuk menunaikan tugas dan panggilan kita masing-masing sesuai dengan bakat dan talenta yang telah diberikanNya kepada kita. Segala hormat dan kemuliaan adalah bagi kebesaran Yesus Kristus, Raja di atas segala Raja; Tuhan di atas segala yang dipertuan. Soli Deo Gloria.