Selasa, 22 Juni 2010

Satu setengah dasawarsa mengabdi dalam dunia pendidikan: Menjawab sebuah tantangan dalam pelayanan

Tahun 2010 adalah genap 15 tahun saya menjadi seorang guru. Selama 15 tahun terakhir menjadi guru, saya sudah menikmati begitu banyak anugrah dan sukacita dari Tuhan yang memampukan saya untuk menjadi berkat bagi murid-murid saya. Maka tulisan ini saya buat sebagai bentuk ucapan syukur saya atas penyertaan dan pemeliharaan Tuhan dalam hidup saya menjalani panggilan saya sebagai seorang guru, khususnya dalam 5 tahun terakhir. Dalam rangka 10 tahun saya menjadi guru, saya sudah menuliskan dalam blog yang beralamat di http://josephkho.blogspot.com

Salah satu peristiwa penting yang mewarnai perjalanan karir saya selama 5 tahun terakhir adalah berakhirnya kerjasama antara sekolah Santa Ursula (sanur) dengan lembaga komputer, tempat dimana saya bekerja selama ini. Tahun pelajaran 2006/2007 menjadi tahun pelajaran terakhir saya mengajar di SMP Santa Ursula setelah sepuluh tahun (1997-2007) saya mengajar di sana. Sekolah memutuskan untuk beralih kepada lembaga komputer lain sehingga tidak saja seluruh perangkat komputer yang diganti, bahkan semua pengajar pun harus meninggalkan sanur. Hal yang menyedihkan sebenarnya, karena kerjasama yang terjalin selama ini sudah berlangsung cukup lama.

Bagi saya pribadi, sepuluh tahun mengajar di SMP Santa Ursula meninggalkan kenangan yang yang tidak terlupakan. Banyak peristiwa mengesankan yang saya alami dengan murid-murid saya di sana :) Salah satu kesan mendalam yang terus saya ingat dari anak-anak sanur adalah etika mereka yang sangat baik terutama pada saat berhadapan dengan orang yang lebih tua. Kalau murid menyapa guru pada saat bertemu dalam lingkungan sekolah adalah hal yang biasa. Tetapi kalau murid menyapa tukang sapu menjadi hal yang tidak biasa. Hal inilah yang dilakukan oleh anak-anak sanur pada saat mereka bertemu dengan karyawan dalam lingkungan sekolah. Kejadian seperti ini hampir tidak pernah saya temukan di sekolah-sekolah lain dimana saya pernah mengajar.

Pernah satu kali, pada waktu saya masih baru mengajar di sanur, saya ditanyakan sama anak-anak sanur apakah saya guru baru dan saya mengajar apa. Anak-anak ini belum mengenal saya karena saya memang tidak mengajar mereka. Akan tetapi mereka menunjukkan sikap yang sangat menghargai untuk mau mengenal guru mereka yang baru. Bagi saya, ini merupakan satu pengalaman yang mengesankan.

Dalam kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh guru dan staf TU SMP Santa Ursula yang pernah menjalani kebersamaan dengan saya selama sepuluh tahun mengajar di sana. Terima kasih sudah menjadi rekan kerja yang baik bagi saya. Terima kasih untuk kebersamaan yang sudah pernah kita jalani.

Demikian juga saya ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh alumni SMP Santa Ursula yang pernah belajar dengan saya. Terima kasih karena Anda sudah menjadi murid yang baik bagi saya. Walau pun mungkin sekarang kita sudah tidak bersama lagi, tetapi hendaknya hubungan baik yang pernah terjalin di antara kita masih bisa terus berlanjut.

Sepeninggal SMP Santa Ursula, ternyata Tuhan sudah menyediakan pengganti bagi saya. Pada tahun pelajaran 2007/2008 juga, saya langsung diterima untuk mengajar komputer di SMIP Rex Mundi, sebuah sekolah pariwisata yang berlokasi di daerah Alaydrus Jakarta Pusat.

Dalam kesempatan ini, saya harus menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Jakobus Gottes Vendy, yang telah mereferensikan saya kepada sekolah ini sehingga saya bisa langsung diterima tanpa banyak kesulitan. Puji Tuhan. Pak Vendy, yang adalah guru Seni Musik di SMP Santa Maria telah menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk membantu saya pada saat saya membutuhkan.

SMIP Rex Mundi adalah sebuah sekolah pariwisata dan mengajar sekolah pariwisata adalah pengalaman pertama saya. Dibandingkan dengan sekolah Santa Maria atau Santa Ursula dimana murid-muridnya berasal dari sekolah yang mayoritas homogen (sama-sama ursulin), maka murid-murid SMIP Rex Mundi mempunyai latar belakang sekolah yang lebih heterogen.

Murid-murid di SMIP Rex Mundi mempunyai tingkat kedewasaan yang lebih tinggi dibandingkan sekolah-sekolah lain tempat saya mengajar. Mungkin juga karena orientasi mereka adalah dunia kerja setelah lulus.

Di sekolah ini, murid-murid diajarkan segala hal yang berkaitan dengan dunia pariwisata mulai dari menerbitkan tiket, membuat perencanaan perjalanan sampai kepada menghitung segala biaya yang berkaitan dengan perjalanan wisata. Tentunya di sini peranan komputer menjadi hal yang tidak boleh diabaikan. Karena itu, ketrampilan komputer menjadi suatu hal yang mutlak dimiliki.

Murid-murid di sekolah ini juga diberi kesempatan untuk menjadi tour guide melalui kegiatan perjalanan wisata baik di dalam kota (City Tour), luar kota (Jawa-Bali Overland Tour) sampai kepada luar negeri (Singapore-Malaysia Tour).

Di sekolah ini saya juga sempat memberikan kursus komputer kepada sejumlah guru. Guru-guru juga memberikan apresiasi yang sangat baik terhadap hal ini. Saya senang melihat mereka sudah lebih terampil dalam mengoperasikan komputer.

Sebenarnya salah satu beban saya di sekolah mana pun mengajar adalah membuka kelas guru bagi mereka yang membutuhkan. Karena saya melihat masih banyak guru yang belum terampil mengoperasikan komputer, padahal ketrampilan komputer dan penguasaan IT pada zaman seperti sekarang ini bukanlah monopoli guru komputer, tetapi menjadi persyaratan minimal bagi setiap tenaga pengajar apa pun bidangnya. Kalau tidak, bagaimana guru bisa menghadapi murid-muridnya yang sudah lebih mahir dalam penguasaan IT?

Kepada guru-guru yang sudah pernah belajar dengan saya, saya mengharapkan Anda terus meningkatkan ketrampilan diri Anda dan banyak membaca referensi dari internet. Karena ketrampilan membutuhkan latihan terus menerus dan proses belajar adalah seumur hidup. Semoga Anda sekarang sudah bisa menerapkan ketrampilan yang sudah pernah didapat untuk menjadi guru yang lebih berkualitas.

Tahun 2010 juga menjadi tahun terakhir kerjasama lembaga komputer tempat dimana saya bekerja dengan sekolah Santa Maria. Mulai tahun ini, sekolah akan mengelola sendiri pelajaran komputer beserta semua perangkat yang dibutuhkan.

Dalam kesempatan ini, saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada kepala sekolah SMP Santa Maria, Ibu Elly Sumarsih yang masih memberikan kepercayaan kepada saya untuk melanjutkan pekerjaan saya mengajar di Santa Maria.

Tahun ini juga menjadi tahun terakhir Ibu Elly menjadi kepala sekolah SMP Santa Maria. Banyak hal yang sudah diberikan Ibu Elly kepada SMP Santa Maria, termasuk kerjasama yang baik dengan lembaga komputer kami. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Elly atas perhatian dan kerjasama yang baik selama saya mengajar di unit SMP.

Bagi saya pribadi, 15 tahun menjadi guru boleh dikatakan waktu yang tidak terlalu pendek juga tidak terlalu panjang. Pengalaman mengajar memberikan kesempatan kepada saya untuk bertemu dengan berbagai macam karakter murid. Dan hal ini sangat memperkaya akan wawasan saya untuk bisa lebih menghargai manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Pernah satu kali saya ditanyakan oleh murid saya apakah saya tidak bosan mengajar hal yang sama terus setiap tahun? Murid tsb bisa berkata demikian, karena dia merasa saya menghadapi hal yang sama tiap tahun. Sebaliknya bagi saya tidak demikian. Bagi saya, setiap tahun saya menghadapi hal yang tidak sama terutama murid baru. Murid-murid baru selalu memberikan saya semangat lebih untuk menjadi guru yang lebih baik. Perbedaan perspektif dalam memandang sebuah pekerjaan bisa menjadikan kita semakin giat atau semakin malas dalam menjalaninya.

Tetapi, lebih daripada semua itu, yang terus memotivasi saya untuk menjalani pekerjaan saya dengan tidak bosan-bosannya adalah pandangan saya bahwa menjadi guru adalah sebuah privillege. Menjadi guru adalah sebuah hak istimewa. Menjadi guru adalah panggilan yang mulia. Menjadi guru adalah melayani Tuhan.

Saya adalah seorang Kristen yang menganut teologi Reformed. Di dalam teologi Reformed, salah satu aspek yang sangat penting adalah mandat budaya. Apa pun pekerjaan kita, kita harus mengerjakan dengan sebaik mungkin demi untuk memuliakan Tuhan. Jadi tujuan kita bekerja bukan untuk menyenangkan atasan kita. Bukan untuk menyenangkan teman kita. Bukan untuk menyenangkan manusia. Tetapi untuk menyenangkan Tuhan. Sebagaimana tercatat dalam Kol 3:23; "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia"

Salah satu figur yang sangat mempengaruhi saya seumur hidup saya adalah Pdt. DR. Stephen Tong. Beliau adalah seorang hamba Tuhan yang sudah mulai melayani Tuhan sejak usia 17 tahun (1957) dan sampai hari ini, beliau masih terus melayani. Semangat pelayanan beliau di usia yang sudah tidak muda lagi dan konsistensi dalam pelayanan sejak hari pertama sangat memotivasi saya untuk meneladani beliau. Pdt. DR. Stephen Tong telah mengajarkan sebagai orang Kristen, bagaimana saya harus menyangkal diri, berkorban bagi orang lain dan memikul salib. Saya berharap semangat pelayanan saya dalam menjalani panggilan saya sebagai seorang guru juga jangan sampai memudar seiring dengan berlalunya waktu.

Saya juga berharap tulisan saya ini boleh memotivasi kita, sesama guru untuk menjadi guru yang lebih baik. Bagi rekan-rekan guru yang sudah mulai tawar hati dan jenuh menjalani pekerjaannya, melalui sharing saya ini, kiranya boleh disegarkan lagi komitmennya dan diingatkan lagi motivasi menjadi guru pada hari pertama. Bagi murid-murid saya yang sudah memasuki dunia kerja, apa pun pekerjaan Anda, di mana pun Anda berada, keberadaan Anda adalah kesaksian yang hidup bagi orang lain yang belum mengenal Yesus. Melalui keberadaan kita, melalui pekerjaan kita, biarlah kita boleh dipakai sebagai alat yang berguna untuk memfaedahkan orang lain demi memuliakan Tuhan. Soli Deo Gloria.

Jangan lupa meninggalkan komentar Anda dengan mengklik pada bagian komentar. Terima kasih.